Sabtu, 05 Januari 2013

Social Entrepreneur

Social Enterprise: Menjadi Pebisnis Sosial Sukses
Judul: Social Enterprise
Penulis: Ahmad Juwaini
Penerbit: Expose (Mizan Group)
Cetakan: I (Juni 2011)
Jumlah Halaman: 260 hal
Kategori: Ekonomi 
"Semakin tinggi kecerdasan sosial yang dimiliki oleh seseorang, semakin banyak pula wujud tindakan social entrepreneurship yang dijalankan dalam kehidupannya"
Social Enterprise
            Buku ini diawali dengan pembahasan mengenai nilai-nilai inti yang menjiwai seorang pebisnis sosial.  Nilai-nilai inti yang harus dianut seorang pebisnis sosial antara lain swadaya atau mandiri, peduli, antieksploitasi, kemitraan dan sinergi.  Tiap sikap nilai yang dibutuhkan seorang pebisnis sosial dijelaskan dengan gamblang dalam buku ini. Walaupun, tentu saja, siapa saja dan apapun profesinya dapat menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupannya sehari-hari.  Nilai-nilai itu laksana bibit tanaman yang akan tumbuh menjadi pohon besar nan rindang, teduh dan banyak buahnya.  Nilai-nilai itu dapat ditanamkan pula pada anak-anak.  Bahkan, semakin dini penanaman akan semangat kepedulian tersebut, akan semakin baik hasilnya.  Di halaman 209 ada kisah seorang gadis kecil bernama Alisa. Suatu ketika, si gadis kecil berkata pada ayahnya "Yah, bolehkah Alisa puasa Senin Kamis, namun setiap kali Alisa puasa, ayah memberi Alisa uang yang akan Alisa sumbangkan ke Palestina".  Memang, saat itu tragedi Gaza sedang berkecamuk karena serangan brutal kaum Zionist. 
            Bisnis sosial adalah bisnis yang bukan bertujuan mencari keuntungan / profit.  bisnis sosial juga mengelola modal untuk mencari keuntungan, namun keuntungan itu bukan untuk mmeperkaya si pemilik bisnis namun untuk kebaikan sosial mereka yang terlibat dalam bisnis tersebut. Si pemilik boleh mengambil keuntungan sebatas balik modal saja.  Selebihnya, digunakan untuk pengembangan bisnis itu sendiri.  Tujuan utama bisnis sosial adalah untuk membebaskan orang miskin dari kemiskinan yang melingkupinya.  Bisnis sosial adalah kombinasi sinergis dari Bisnis kapitalistik pengeruk keuntungan material dengan sumbangan amal atau charity. 
            Bisnis sosial hanya akan berjalan baik jika dilaksanakan oleh orang-orang dengan kecerdasan sosial yang tinggi.  Kecerdasan sosial di sini merujuk pada kemampuan seseorang mengetahui, merasakan dan mampu mengatasi persoalan-persoalan sosial di lingkungan tempatnya berada.  "Semakin tinggi kecerdasan sosial yang dimiliki oleh seseorang, semakin banyak pula wujud tindakan social entrepreneurship yang dijalankan dalam kehidupannya" demikian kutipan menarik dalam buku Social Enterprise ini di halaman 65.  Bisnis sosial sangat berbeda dengan amal atau sedekah walaupun keduanya memiliki persamaan sama sama memberi kepada orang miskin.  Bedanya, sedekah memberi hasil sedangkan bisnis sosial memberikan kesempatan pada kaum miskin untuk menempuh proses keluar dari kubangan lumpur kemiskinan. 
            Bisnis sosial hadir tidak untuk menyaingi apalagi memerangi bisnis yang berorientasi pada pemaksimalan profit.  Bisnis sosial justru akan menghadirkan pasar baru yang berisi orang -orang yang baru terbebas dari kemiskinan.  Para pebisnis yang berorientasi profit akan dapat mendapatkan keuntungan dari orang-orang tersebut.  Bisnis sosial hadir untuk melengkapi kekurangan kapitalisme yang cenderung menafikan dan menganaktirikan orang-orang miskin. 
            Bisnis sosial akan lebih efektif apabila dijalankan oleh orang-orang yang mengerti dan memahami serta mempercayai potensi kebaikan yang ada dalam diri setiap manusia.  Muhammad Yunus, seorang professor dari Universitas Chittagong, Bangladesh adalah salah satu dari orang-orang tersebut.  Sehingga, walaupun mungkin bukan yang pertama, namun bisnis sosial seringkali identik dengan nama beliau.  Pendiri Grameen Bank ini seakan sudah menjadi icon dari bisnis sosial.  Hasil pembelajaran sang profesor ekonomi yang berguru pada rakyat miskin Bangladesh ini seringkali mewarnai banyak wacara tentang bisnis sosial.  Termasuk dalam buku ini. 
            Selebihnya, buku ini berisi portfolio unit-unit bisnis Dompet Dhuafa yang dapat dijadikan model untuk pengembangan bisnis sosial.  Pembahasan tentang unit-unit bisnis tersebut dijabarkan dengan cukup mendetail sehingga mereka yang mau memulai bisnis sosial dapat mempelajarinya dengan baik.  Walaupun tentu saja tidak harus persis sama.  Pendek kata, buku ini sangat layak dibaca oleh siapapun yang peduli pada kaum miskin.  Buku Social Enterprise karya Pak Ahmad Juwaini ini akan menyadarkan kita betapa pentingnya memberdayakan kaum miskin agar mereka mampu berdiri di atas kaki mereka sendiri.  Semoga suatu saat nanti, dunia yang benar-benar bebas dari kemiskinan akan terwujud, Insya Allah. Aamiin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar