Social
Enterprise: Menjadi Pebisnis Sosial Sukses
Judul: Social Enterprise
Penulis: Ahmad Juwaini
Penerbit: Expose (Mizan Group)
Cetakan: I (Juni 2011)
Jumlah Halaman: 260 hal
Kategori: Ekonomi
Penulis: Ahmad Juwaini
Penerbit: Expose (Mizan Group)
Cetakan: I (Juni 2011)
Jumlah Halaman: 260 hal
Kategori: Ekonomi
"Semakin tinggi
kecerdasan sosial yang dimiliki oleh seseorang, semakin banyak pula wujud
tindakan social entrepreneurship yang dijalankan dalam kehidupannya"
Social Enterprise
Buku ini diawali dengan
pembahasan mengenai nilai-nilai inti yang menjiwai seorang pebisnis
sosial. Nilai-nilai inti yang harus dianut seorang pebisnis sosial antara
lain swadaya atau mandiri, peduli, antieksploitasi, kemitraan dan
sinergi. Tiap sikap nilai yang dibutuhkan seorang pebisnis sosial
dijelaskan dengan gamblang dalam buku ini. Walaupun, tentu saja, siapa saja dan
apapun profesinya dapat menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupannya
sehari-hari. Nilai-nilai itu laksana bibit tanaman yang akan tumbuh
menjadi pohon besar nan rindang, teduh dan banyak buahnya. Nilai-nilai
itu dapat ditanamkan pula pada anak-anak. Bahkan, semakin dini penanaman
akan semangat kepedulian tersebut, akan semakin baik hasilnya. Di halaman
209 ada kisah seorang gadis kecil bernama Alisa. Suatu ketika, si gadis kecil
berkata pada ayahnya "Yah, bolehkah Alisa puasa Senin Kamis, namun setiap
kali Alisa puasa, ayah memberi Alisa uang yang akan Alisa sumbangkan ke
Palestina". Memang, saat itu tragedi Gaza sedang berkecamuk karena
serangan brutal kaum Zionist.
Bisnis sosial adalah bisnis
yang bukan bertujuan mencari keuntungan / profit. bisnis sosial juga
mengelola modal untuk mencari keuntungan, namun keuntungan itu bukan untuk
mmeperkaya si pemilik bisnis namun untuk kebaikan sosial mereka yang terlibat
dalam bisnis tersebut. Si pemilik boleh mengambil keuntungan sebatas balik
modal saja. Selebihnya, digunakan untuk pengembangan bisnis itu
sendiri. Tujuan utama bisnis sosial adalah untuk membebaskan orang miskin
dari kemiskinan yang melingkupinya. Bisnis sosial adalah kombinasi
sinergis dari Bisnis kapitalistik pengeruk keuntungan material dengan sumbangan
amal atau charity.
Bisnis sosial hanya akan
berjalan baik jika dilaksanakan oleh orang-orang dengan kecerdasan sosial yang
tinggi. Kecerdasan sosial di sini merujuk pada kemampuan seseorang
mengetahui, merasakan dan mampu mengatasi persoalan-persoalan sosial di
lingkungan tempatnya berada. "Semakin tinggi kecerdasan sosial
yang dimiliki oleh seseorang, semakin banyak pula wujud tindakan social
entrepreneurship yang dijalankan dalam kehidupannya" demikian kutipan
menarik dalam buku Social Enterprise ini di halaman 65. Bisnis sosial
sangat berbeda dengan amal atau sedekah walaupun keduanya memiliki persamaan
sama sama memberi kepada orang miskin. Bedanya, sedekah memberi hasil
sedangkan bisnis sosial memberikan kesempatan pada kaum miskin untuk menempuh
proses keluar dari kubangan lumpur kemiskinan.
Bisnis sosial hadir tidak
untuk menyaingi apalagi memerangi bisnis yang berorientasi pada pemaksimalan
profit. Bisnis sosial justru akan menghadirkan pasar baru yang berisi
orang -orang yang baru terbebas dari kemiskinan. Para pebisnis yang
berorientasi profit akan dapat mendapatkan keuntungan dari orang-orang
tersebut. Bisnis sosial hadir untuk melengkapi kekurangan kapitalisme
yang cenderung menafikan dan menganaktirikan orang-orang miskin.
Bisnis sosial akan lebih
efektif apabila dijalankan oleh orang-orang yang mengerti dan memahami serta
mempercayai potensi kebaikan yang ada dalam diri setiap manusia. Muhammad
Yunus, seorang professor dari Universitas Chittagong, Bangladesh adalah salah satu
dari orang-orang tersebut. Sehingga, walaupun mungkin bukan yang pertama,
namun bisnis sosial seringkali identik dengan nama beliau. Pendiri
Grameen Bank ini seakan sudah menjadi icon dari bisnis sosial. Hasil
pembelajaran sang profesor ekonomi yang berguru pada rakyat miskin Bangladesh
ini seringkali mewarnai banyak wacara tentang bisnis sosial. Termasuk
dalam buku ini.
Selebihnya, buku ini berisi
portfolio unit-unit bisnis Dompet Dhuafa yang dapat dijadikan model untuk
pengembangan bisnis sosial. Pembahasan tentang unit-unit bisnis tersebut
dijabarkan dengan cukup mendetail sehingga mereka yang mau memulai bisnis
sosial dapat mempelajarinya dengan baik. Walaupun tentu saja tidak harus
persis sama. Pendek kata, buku ini sangat layak dibaca oleh siapapun yang
peduli pada kaum miskin. Buku Social Enterprise karya Pak Ahmad Juwaini
ini akan menyadarkan kita betapa pentingnya memberdayakan kaum miskin agar
mereka mampu berdiri di atas kaki mereka sendiri. Semoga suatu saat
nanti, dunia yang benar-benar bebas dari kemiskinan akan terwujud, Insya Allah.
Aamiin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar