Senin, 13 Mei 2013

Pemasaran Spiritual


        Pergeseran dari pemasaran konvensional ke pemasaran spiritual menarik untuk dicermati. Kita berharap, ini bukan sekedar tren yang suatu saat akan redup manakala ada tren baru dalam dunia pemasaran. Pemasaran spiritual menjadi tenggelam dan kenangan yang manis dalam ingatan kita.
        Ketahanan pemasaran spiritual diindikasikan dengan kemunculan perusahaan-perusahaan yang menerapkan konsep kejujuran dan amanah dalam mengembangkan bisnisnya. Mereka berusaha memberikan yang terbaik kepada pelanggan dan memenuhinya seperti apa yang telah dijanjikan melalui positioning, promosi, tagline dan lain sebagainya. Perusahaan-perusahaan semacam ini yang terbukti cukup bertahan dari krisis ekonomi tahun 1997 yang lalu dibanding perusahaan-perusahaan yang memakai cara-cara kotor dan dekat dengan penguasa dalam menjalankan usahanya. Inilah yang dapat kita baca, bahwa pemasaran spiritual mendapat perhatian yang memadai dari pelaku ekonomi di tanah air.
            Akan tetapi, kecendrungan sentimen pelaku bisnis ini harus diantisipasi sedini mungkin agar tidak terperangkap pada titik kejenuhan. Karena kecendrungan dalam aktifitas pemasaran yang dibungkus dengan tren publik yang berubah-ubah, akan mereduksi sistem pemasaran spiritual itu sendiri.
Spiritualisasi Pemasaran

            Perkembangan pemasaran spiritual sendiri mampu mengembalikan nilai-nilai agama di tengah-tengah kehidupan perekonomian masyarakat kita. Dalam berbisnis telah muncul kesadaran akan pentingnya etika, kejujuran, dan prinsip-prinsip agama lainnya. Perusahaan-perusahaan yang telah menjalankan bisnis dengan menerapkan pemasaran spiritual telah memberikan contoh kepada kita, tentang cara-cara berbisnis yang berpegang teguh pada kebenaran, kejujuran, sikap amanah, serta tetap memperoleh keuntungan. Nilai-nilai inilah yang menjadi landasan atau hukum dalam melakukan suatu bisnis..
            Oleh karenanya, kita bisa mencontoh perusahaan-perusahaan seperti itu dengan mengutamakan nilai-nilai spiritual. Dalam melakukan pemasaran dan bisnis dipenuhi oleh nilai-nilai ibadah. Dan menjadikan Allah sebagai persinggahan terakhir dari spirit aktifitas ekonomi yang kita lakukan. Kita bekerja dan berbisnis hanyalah untuk Allah, maka segala sesuatunya kita pertanggungjawabkan kepada-Nya.
            Dari perkembangannya, pemasaran juga mengalami transformasi dari level intelektual berkembang ke level emosional dan kini ke level spiritual. Pemasaran pada level intelektual bermuncullah konsep 4P yakni Product, Place, Price dan Promotion atau yang lebih dikenal dengan sebutan Marketing Mix, Promotion Mix (Advertising, Personal Selling, Sales Promotion dan Publication), konsep Branding dan lain-lain.
            Adapun pemasaran pada level emosional ditandai dengan hadirnya konsep customer relationship management, emotional branding, experiental marketing dan lain sebagainya. Pada level ini ditekankan emosional dalam memanjakan pelanggan. Produk yang dijual juga memasukkan value emosional dan menciptakan ”pengalaman-pengalaman” baru dalam mengkonsumsi produk barang atau jasa suatu perusahaan.
            Level terakhir sekaligus tingkatan tertinggi adalah pemasaran level spiritual dengan berprinsip pada nilai-nilai agama yaitu kejujuran, amanah, cerdas & bijaksana dan komunikatif & argumentatif.
            Di level pemasaran spiritual ini digunakan bahasa hati untuk menunjukkan arah yang dituju. Pemasaran spiritual tidak semata-mata hanya keuntungan, di dalamnya berproses pula nilai-nilai ibadah.
Kejujuran Pemasaran
            Kejujuran telah menjadi prasyarat mutlak dalam berbisnis bagi perusahaan terutama perusahaan publik karena Good Corporate Governance akan berbanding lurus dengan sentimen investasi, sikap pelanggan dan kolega perusahaan. Terbukti banyak perusahaan terutama perusahaan publik berusaha menjalankan Good Corporate Governance-nya dengan sebaik-baiknya.
            Tesis mutakhir Hermawan Kartajaya, pakar pemasaran Indonesia, menempatkan pelanggan dewasa ini sebagai pelanggan Venus yaitu pelanggan yang kita hadapi sehari-hari, pelanggan yang semakin sensitif dan emosional. Pelanggan Venus ini seakan-akan memiliki indra keenam yang akan mengetahui kejujuran dan kebohongan. Oleh karena itu kita harus berhati-hati dalam memperlakukan dan melayani mereka. Positioning, iklan, tagline dan lain sebagainya adalah janji dan mereka akan memusuhi produk atau brand bahkan perusahaan bila apa yang kita janjikan tidak dapat dipenuhi.
            Saya kira, sehebat apapun strategi pemasarannya bila perusahaan itu berbohong ke pelanggan maka siap-siap saja perusahaan tersebut akan berkurang pangsa pasarnya. Pelanggan Venus memiliki sensitivitas yang sangat tinggi terutama untuk produk-produk premium.
            Selain kejujuran, pelanggan Venus sangat menginginkan value back money yang cukup memuaskan dari suatu produk barang atau jasa yang ditawarkan oleh perusahaan. Pemasaranpun sudah mengalami perubahan yang sangat cepat dimana teori-teori pemasaran yang didapat di bangku kuliahpun tidak akan cukup dijalankan bila tanpa sentuhan emosional dan spiritual.
            Akhirnya, pemasaran spiritual ini jangan sampai menjadi tren saja, tapi terbentuk secara sistemik dalam aktivitas bisnis sehari-hari kita. Kejujuran adalah instrumen penting dalam merengguh keunggulan bersaing. Sehingga persaingan tak lagi dilumuri oleh kecurangan dan penindasan. 

http://management06.wordpress.com/2007/07/18/pemasaran-spiritual/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar