Pergeseran
dari pemasaran konvensional ke pemasaran spiritual menarik untuk dicermati.
Kita berharap, ini bukan sekedar tren yang suatu saat akan redup manakala ada
tren baru dalam dunia pemasaran. Pemasaran spiritual menjadi tenggelam dan
kenangan yang manis dalam ingatan kita.
Ketahanan pemasaran spiritual diindikasikan dengan
kemunculan perusahaan-perusahaan yang menerapkan konsep kejujuran dan amanah
dalam mengembangkan bisnisnya. Mereka berusaha memberikan yang terbaik kepada
pelanggan dan memenuhinya seperti apa yang telah dijanjikan melalui
positioning, promosi, tagline dan lain sebagainya. Perusahaan-perusahaan
semacam ini yang terbukti cukup bertahan dari krisis ekonomi tahun 1997 yang
lalu dibanding perusahaan-perusahaan yang memakai cara-cara kotor dan dekat
dengan penguasa dalam menjalankan usahanya. Inilah yang dapat kita baca, bahwa
pemasaran spiritual mendapat perhatian yang memadai dari pelaku ekonomi di
tanah air.
Akan tetapi, kecendrungan sentimen pelaku bisnis ini harus
diantisipasi sedini mungkin agar tidak terperangkap pada titik kejenuhan.
Karena kecendrungan dalam aktifitas pemasaran yang dibungkus dengan tren publik
yang berubah-ubah, akan mereduksi sistem pemasaran spiritual itu sendiri.
Spiritualisasi Pemasaran
Perkembangan pemasaran spiritual sendiri mampu mengembalikan
nilai-nilai agama di tengah-tengah kehidupan perekonomian masyarakat kita.
Dalam berbisnis telah muncul kesadaran akan pentingnya etika, kejujuran, dan
prinsip-prinsip agama lainnya. Perusahaan-perusahaan yang telah menjalankan
bisnis dengan menerapkan pemasaran spiritual telah memberikan contoh kepada
kita, tentang cara-cara berbisnis yang berpegang teguh pada kebenaran,
kejujuran, sikap amanah, serta tetap memperoleh keuntungan. Nilai-nilai inilah
yang menjadi landasan atau hukum dalam melakukan suatu bisnis..
Oleh karenanya, kita bisa mencontoh perusahaan-perusahaan
seperti itu dengan mengutamakan nilai-nilai spiritual. Dalam melakukan
pemasaran dan bisnis dipenuhi oleh nilai-nilai ibadah. Dan menjadikan Allah
sebagai persinggahan terakhir dari spirit aktifitas ekonomi yang kita lakukan.
Kita bekerja dan berbisnis hanyalah untuk Allah, maka segala sesuatunya kita
pertanggungjawabkan kepada-Nya.
Dari perkembangannya, pemasaran juga mengalami transformasi
dari level intelektual berkembang ke level emosional dan kini ke level
spiritual. Pemasaran pada level intelektual bermuncullah konsep 4P yakni
Product, Place, Price dan Promotion atau yang lebih dikenal dengan
sebutan Marketing Mix, Promotion Mix (Advertising, Personal Selling, Sales
Promotion dan Publication), konsep Branding dan lain-lain.
Adapun pemasaran pada level emosional ditandai dengan
hadirnya konsep customer relationship management, emotional branding,
experiental marketing dan lain sebagainya. Pada level ini ditekankan
emosional dalam memanjakan pelanggan. Produk yang dijual juga memasukkan value
emosional dan menciptakan ”pengalaman-pengalaman” baru dalam mengkonsumsi
produk barang atau jasa suatu perusahaan.
Level terakhir sekaligus tingkatan tertinggi adalah
pemasaran level spiritual dengan berprinsip pada nilai-nilai agama yaitu
kejujuran, amanah, cerdas & bijaksana dan komunikatif & argumentatif.
Di level pemasaran spiritual ini digunakan bahasa hati untuk
menunjukkan arah yang dituju. Pemasaran spiritual tidak semata-mata hanya
keuntungan, di dalamnya berproses pula nilai-nilai ibadah.
Kejujuran
Pemasaran
Kejujuran telah menjadi prasyarat mutlak dalam berbisnis
bagi perusahaan terutama perusahaan publik karena Good Corporate Governance akan
berbanding lurus dengan sentimen investasi, sikap pelanggan dan kolega
perusahaan. Terbukti banyak perusahaan terutama perusahaan publik berusaha
menjalankan Good Corporate Governance-nya dengan sebaik-baiknya.
Tesis mutakhir Hermawan Kartajaya, pakar pemasaran
Indonesia, menempatkan pelanggan dewasa ini sebagai pelanggan Venus yaitu
pelanggan yang kita hadapi sehari-hari, pelanggan yang semakin sensitif dan
emosional. Pelanggan Venus ini seakan-akan memiliki indra keenam yang akan
mengetahui kejujuran dan kebohongan. Oleh karena itu kita harus berhati-hati
dalam memperlakukan dan melayani mereka. Positioning, iklan, tagline
dan lain sebagainya adalah janji dan mereka akan memusuhi produk atau brand
bahkan perusahaan bila apa yang kita janjikan tidak dapat dipenuhi.
Saya kira, sehebat apapun strategi pemasarannya bila
perusahaan itu berbohong ke pelanggan maka siap-siap saja perusahaan tersebut
akan berkurang pangsa pasarnya. Pelanggan Venus memiliki sensitivitas yang
sangat tinggi terutama untuk produk-produk premium.
Selain kejujuran, pelanggan Venus sangat menginginkan value
back money yang cukup memuaskan dari suatu produk barang atau jasa yang
ditawarkan oleh perusahaan. Pemasaranpun sudah mengalami perubahan yang sangat
cepat dimana teori-teori pemasaran yang didapat di bangku kuliahpun tidak akan
cukup dijalankan bila tanpa sentuhan emosional dan spiritual.
Akhirnya, pemasaran spiritual ini jangan sampai menjadi tren
saja, tapi terbentuk secara sistemik dalam aktivitas bisnis sehari-hari kita.
Kejujuran adalah instrumen penting dalam merengguh keunggulan bersaing.
Sehingga persaingan tak lagi dilumuri oleh kecurangan dan penindasan.
http://management06.wordpress.com/2007/07/18/pemasaran-spiritual/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar